isim mabni

Senin, 06 Februari 20120 comments

المعرب والمبني
Murab dan mabni

( والاسم منه معرب ومبني ... لشبه من الحروف مدني )
Isim itu ada yang murab dan ada yang mabni karena segi keserupaannya dengan huruf

 يشير إلى أن الاسم ينقسم إلى قسمين أحدهما المعرب وهو ما سلم من شبه الحروف والثاني المبني وهو ما أشبه الحروف وهو المعني بقوله لشبه من الحروف مدني أي لشبه مقرب من الحروف

Pengarang mengisyaratkan bahwa isim itu terbagi dua bagian. yang pertama isim murab yaitu isim yang bebas dari menyerupai huruf, yang kedua isim mabni yaitu isim yang menyerupai huruf, itulah yang dimaksud perkataan pengarang dengan ucapannya LISYABAHI MINAL HURUUFI MUDNIY maksudnya isim itu mabni karena menyerupai huruf dengan keserupaan yang dekat.

 فعلة البناء منحصرة عند المصنف رحمه الله تعالى في شبه الحرف ثم نوع المصنف وجوه الشبه في البيتين الذين بعد هذا البيت وهذا قريب من مذهب أبي علي الفارسي حيث جعل البناء منحصرا في شبه الحرف أو ما تضمن معناه وقد نص سيبويه رحمه الله على أن علة البناء كلها ترجع إلى شبه الحرف وممن ذكره ابن أبي الربيع

Maka menurut pengarang illat isim mabni itu teringkas dalam keserupaannya dengan huruf, kemudian pengarang membeberkan segi-segi keserupaannya dalam dua bait setelahnya. Pendapat ini sangat mirip dengan pendapatnya  Abu Ali Alfarisiy dimana beliau menjadikan illat isim mabni itu terbatas pada kemiripannya dengan huruf atau isim yang mengandung makna huruf. Dan Imam sibawaih Rh telah menetapkan bahwa illat isim mabni itu semuanya dikembalikan kepada keserupaannya dengan huruf, dan dari pada yang berpendapat demikian adalah Ibnu Abir Robi

( كالشبه الوضعى في اسمي جئتنا ... والمعنوي في متى وفي هنا )
Seperti keserupaan bentuk pada dua isim yang ada pada lafad  ji,tana, dan keserupaan  makna dalam lafad mataa dan hunaa

( وكنياية عن الفعل بلا ... تأثر وكافتقار أصلا )
Dan seperti pengganti dari fiil tanpa menerima bekas (tidak terpengaruh oleh amil), dan seperti lafad yang sejak asalnya butuh pada yang lain


 ذكر في هذين البيتين وجوه شبه الاسم بالحرف في أربعة مواضع

Pengarang menuturkan dalam dua bait ini segi-segi kemiripan isim dengan harf dalam empat tempat

 فالأول شبهه له في الوضع كأن يكون الاسم موضوعا على حرف واحد كالتاء في ضربت أو على حرفين كنا في أكرمنا وإلى ذلك أشار بقوله في اسمي جئتنا فالتاء في جئتنا اسم لأنه فاعل وهو مبني لأنه أشبه الحرف في الوضع في كونه على حرف واحد وكذلك نا اسم لأنها مفعول وهو مبني لشبهه بالحرف في الوضع في كونه على حرفين

Yang pertama karena keserupaanya isim dengan harf dalam bentuknya (wadlonya), seperti isim yang bersangkutan berbentuk satu huruf contoh ta dalam lafad dlorobta atau berbentuk dua huruf seperti naa dalam lafad akromnaa, akan hal itu pengarang mengisyratkan dengan ucapannya fismai ji,tana, maka ta dalam lafad ji,tana  adalah isim karena kedudukanya sebagai fail, dia termasuk isim mabni karena menyerupai harf dalam bentuknya yaitu bentuknya satu  huruf, demikian juga lafad naa  adalah isim karena kedudukannya sebagai maful,dia mabni karena menyerupai harf  dalam bentuknya yaitu bentuknya dua huruf.

 والثاني شبه الاسم له في المعنى وهو قسمان أحدهما ما أشبه حرفا موجودا والثاني ما أشبه حرفا غير موجود فمثال الأول متى فإنها مبنية لشبهها الحرف في المعنى فإنها تستعمل للاستفهام نحو  تقوم وللشرط نحو متى تقم أقم وفي الحالتين هي مشبهة لحرف موجود لأنها في الاستفهام كالهمزة وفي الشرط كإن ومثال الثاني هنا فإنها مبنية لشبهها حرفا كان ينبغي أن يوضع فلم يوضع
 وذلك لأن الإشارة معنى من المعاني فحقها أن يوضع لها حرف يدل عليها كما وضعوا للنفى ما وللنهي لا وللتمني ليت وللترجي لعل ونحو ذلك فبنيت أسماء الإشارة لشبهها في المعنى حرفا مقدرا

Yang kedua keserupaan isim terhadap harf dalam makna,keserupaan ini terbagi atas dua bagian, yang pertama menyerupai harf yang ada wujudnya, yang kedua menyerupai harf yang tidak ada wujudnya. Adapun contoh yang pertama adalah lafad mataa , dia mabni karena menyerupai harf dalam maknanya, karena mataa itu digunakan untuk istifham (kata Tanya) , contoh mataa taquumu (kapan anda berdiri), dan digunakan untuk syarat , contoh mataa taqum aqum  (apabila anda berdiri maka saya pun berdiri), dalam dua keadaan diatas  keserupaannya terhadap harf yang ada wujudnya, karena dia itu waktu istifham serupa dengan hamzah dan waktu  jadi syarat serupa dengan in. adapun contoh yang kedua adalah lafad hunaa  , dia menyerupai hurf yang harusnya ada bentuknya tapi kenyataannya tidak  ada. Hal itu karena isim isyarat itu  adalah punya makna yang seharusnya bisa diletakan huruf yang menunjukan maknanya. Sebagaimana mereka meletakan lafad maa untuk makna nafi, dan meletakan lafad laa untuk nahi,dan laita untuk makna tamanni, lafad laalla untuk makna tarojji dan yang semisalnya. Maka isim isyarat itu dimabnikan karena menyerupai dalam makna terhadap harf yang dikira-kirakan.

 والثالث شبهه له في النيابة  عن الفعل وعدم التأثر بالعامل وذلك كأسماء الأفعال نحو دراك زيدا فدراك مبنى لشبهه بالحرف في كونه يعمل ولا يعمل فيه غيره كما أن الحرف كذلك

Yang ketiga keserupaan isim terhadap harf  karena bisa menggantikan kedudukan fiil dan tidak dipengaruhi oleh amil, hal yang demikian seperti pada isim fiil contoh Darooki zaidan  (susullah zaid) , maka lafad darooki  itu mabni karena menyerupai hurf  dalam hal bisa beramal (mempengaruhi) tapi  tidak bisa dipengaruhi oleh yang lainnya, harf pun keadaannya demikian

واحترز بقوله بلا تأثر عما ناب عن الفعل وهو متأثر بالعامل نحو ضربا زيدا فإنه نائب مناب اضرب وليس بمبني لتأثره بالعامل فإنه منصوب بالفعل المحذوف بخلاف دراك فإنه وإن كان نائبا عن أدرك فليس متأثرا بالعامل

Pengarang mengecualikan dengan lafad  bilaa taatstsurin  (tidak menerima pengaruh amil) dari isim yang menggantikan kedudukan fiil tapi terpengaruh oleh amil contoh Dlorban zaidan  karena lafad dlorban itu menggantikan kedudukan Idlrib  tapi bukan termasuk isim mabni karena bisa menerima pengaruh amil. Karena lafad dlorban dinasabkan oleh fiil yang dibuang, lain halnya dengan lafad Dlarooki  walaupun dia sebagai pengganti lafad Adrik  tapi tidak terpengauh oleh amil.

 وحاصل ما ذكره المصنف أن المصدر الموضوع موضع الفعل وأسماء الأفعال اشتركا في النيابة مناب الفعل لكن المصدر متأثر بالعامل فأعرب لعدم مشابهته الحرف وأسماء الأفعال غير متأثرة بالعامل فبنيت لمشابهتها الحرف في أنها نائبة عن الفعل وغير متأثرة به
 وهذا الذي ذكره المصنف مبني على أن أسماء الأفعال لا محل لها من الإعراب والمسألة خلافية وسنذكر ذلك في باب أسماء الأفعال

Kesimpulan dari yang dituturkan oleh pengarang  adalah bahwa  masdar  yang berkedudukan sebagai pengganti fiil dan isim fiil sama-sama  bisa menggantikan tempat  fiil  namun masdar itu terpengaruh oleh amil hingga dihukumi murab karena tidak memiliki kesamaan dengan harf, sedang isim fiil tidak terpengaruh oleh amil maka dihukumi mabni karena menyerupai harf dalam hal bisa menggantikan kedudukan fiil dan tidak terpengaruhi oleh amil. Yang dituturkan oleh pengarang ini menetapkan bahwa isim fiil itu tidak punya mahal dalam Irobnya. Adapun masalah ini termasuk masalah yang ada perbedaan pendapat, insya Alloh akan ditutur dalam bab Asmaaul afaal

والرابع شبه الحرف في الافتقار اللازم وإليه أشار بقوله وكافتقار أصلا وذلك كالأسماء الموصولة نحو الذي فإنها مفتقرة في سائر أحوالها إلى الصلة فأشبهت الحرف في ملازمة الافتقار فبنيت

Yang keempat keserupaan isim terhadap harf dalam  hal selalu membutuhkan yang lain, akan hal ini pengarang mengisyaratkan dengan ucapannya Wakaftiqoorin ushshilaa  (karena dari asalnya memang butuh pada yang lain), hal itu seperti isim-isim maushul, contoh Alladzii  maka dia dalam setiap keadaannya membutuhkan terhadap shilah maushul, maka dia menyerupai harf dalam  hal selalu butuh pada yang lain makanya dia mabnikan

 وحاصل البيتين أن البناء يكون في ستة أبواب المضمرات وأسماء الشرط وأسماء الاستفهام وأسماء الإشارة وأسماء الأفعال والأسماء الموصولة

Kesimpulan dua bait diatas adalah bahwa isim  mabni itu ada pada enam bab : isim dlomir, isim syarat, isim istifham, isim isyarat, isim fiil, dan isim maushul






Share this article :

Posting Komentar

 
TEMPLATE ASWAJA| SALING BERBAGI - All Rights Reserved
Supported : MADINATULIMAN.COM | Creating Website | Johny dan Mas Themes