المعرب والمبني
Mu’rab dan mabni
( والاسم منه معرب ومبني ... لشبه من الحروف مدني )
Isim itu ada yang mu’rab dan ada yang mabni karena segi keserupaannya dengan huruf
يشير إلى أن الاسم ينقسم إلى قسمين أحدهما المعرب وهو ما سلم من شبه الحروف والثاني المبني وهو ما أشبه الحروف وهو المعني بقوله لشبه من الحروف مدني أي لشبه مقرب من الحروف
Pengarang mengisyaratkan bahwa isim itu terbagi dua bagian. yang pertama isim mu’rab yaitu isim yang bebas dari menyerupai huruf, yang kedua isim mabni yaitu isim yang menyerupai huruf, itulah yang dimaksud perkataan pengarang dengan ucapannya LISYABAHI MINAL HURUUFI MUDNIY maksudnya isim itu mabni karena menyerupai huruf dengan keserupaan yang dekat.
فعلة البناء منحصرة عند المصنف رحمه الله تعالى في شبه الحرف ثم نوع المصنف وجوه الشبه في البيتين الذين بعد هذا البيت وهذا قريب من مذهب أبي علي الفارسي حيث جعل البناء منحصرا في شبه الحرف أو ما تضمن معناه وقد نص سيبويه رحمه الله على أن علة البناء كلها ترجع إلى شبه الحرف وممن ذكره ابن أبي الربيع
Maka menurut pengarang ‘illat isim mabni itu teringkas dalam keserupaannya dengan huruf, kemudian pengarang membeberkan segi-segi keserupaannya dalam dua bait setelahnya. Pendapat ini sangat mirip dengan pendapatnya Abu Ali Alfarisiy dimana beliau menjadikan illat isim mabni itu terbatas pada kemiripannya dengan huruf atau isim yang mengandung makna huruf. Dan Imam sibawaih Rh telah menetapkan bahwa illat isim mabni itu semuanya dikembalikan kepada keserupaannya dengan huruf, dan dari pada yang berpendapat demikian adalah Ibnu Abir Robi’
( كالشبه الوضعى في اسمي جئتنا ... والمعنوي في متى وفي هنا )
Seperti keserupaan bentuk pada dua isim yang ada pada lafad ji,tana, dan keserupaan makna dalam lafad mataa dan hunaa
( وكنياية عن الفعل بلا ... تأثر وكافتقار أصلا )
Dan seperti pengganti dari fiil tanpa menerima bekas (tidak terpengaruh oleh amil), dan seperti lafad yang sejak asalnya butuh pada yang lain
ذكر في هذين البيتين وجوه شبه الاسم بالحرف في أربعة مواضع
Pengarang menuturkan dalam dua bait ini segi-segi kemiripan isim dengan harf dalam empat tempat
فالأول شبهه له في الوضع كأن يكون الاسم موضوعا على حرف واحد كالتاء في ضربت أو على حرفين كنا في أكرمنا وإلى ذلك أشار بقوله في اسمي جئتنا فالتاء في جئتنا اسم لأنه فاعل وهو مبني لأنه أشبه الحرف في الوضع في كونه على حرف واحد وكذلك نا اسم لأنها مفعول وهو مبني لشبهه بالحرف في الوضع في كونه على حرفين
Yang pertama karena keserupaanya isim dengan harf dalam bentuknya (wadlo’nya), seperti isim yang bersangkutan berbentuk satu huruf contoh ta dalam lafad dlorobta atau berbentuk dua huruf seperti naa dalam lafad akromnaa, akan hal itu pengarang mengisyratkan dengan ucapannya fismai ji,tana, maka ta dalam lafad ji,tana adalah isim karena kedudukanya sebagai fail, dia termasuk isim mabni karena menyerupai harf dalam bentuknya yaitu bentuknya satu huruf, demikian juga lafad naa adalah isim karena kedudukannya sebagai maf’ul,dia mabni karena menyerupai harf dalam bentuknya yaitu bentuknya dua huruf.
والثاني شبه الاسم له في المعنى وهو قسمان أحدهما ما أشبه حرفا موجودا والثاني ما أشبه حرفا غير موجود فمثال الأول متى فإنها مبنية لشبهها الحرف في المعنى فإنها تستعمل للاستفهام نحو تقوم وللشرط نحو متى تقم أقم وفي الحالتين هي مشبهة لحرف موجود لأنها في الاستفهام كالهمزة وفي الشرط كإن ومثال الثاني هنا فإنها مبنية لشبهها حرفا كان ينبغي أن يوضع فلم يوضع
وذلك لأن الإشارة معنى من المعاني فحقها أن يوضع لها حرف يدل عليها كما وضعوا للنفى ما وللنهي لا وللتمني ليت وللترجي لعل ونحو ذلك فبنيت أسماء الإشارة لشبهها في المعنى حرفا مقدرا
Yang kedua keserupaan isim terhadap harf dalam makna,keserupaan ini terbagi atas dua bagian, yang pertama menyerupai harf yang ada wujudnya, yang kedua menyerupai harf yang tidak ada wujudnya. Adapun contoh yang pertama adalah lafad mataa , dia mabni karena menyerupai harf dalam maknanya, karena mataa itu digunakan untuk istifham (kata Tanya) , contoh mataa taquumu (kapan anda berdiri), dan digunakan untuk syarat , contoh mataa taqum aqum (apabila anda berdiri maka saya pun berdiri), dalam dua keadaan diatas keserupaannya terhadap harf yang ada wujudnya, karena dia itu waktu istifham serupa dengan hamzah dan waktu jadi syarat serupa dengan in. adapun contoh yang kedua adalah lafad hunaa , dia menyerupai hurf yang harusnya ada bentuknya tapi kenyataannya tidak ada. Hal itu karena isim isyarat itu adalah punya makna yang seharusnya bisa diletakan huruf yang menunjukan maknanya. Sebagaimana mereka meletakan lafad maa untuk makna nafi, dan meletakan lafad laa untuk nahi,dan laita untuk makna tamanni, lafad la’alla untuk makna tarojji dan yang semisalnya. Maka isim isyarat itu dimabnikan karena menyerupai dalam makna terhadap harf yang dikira-kirakan.
والثالث شبهه له في النيابة عن الفعل وعدم التأثر بالعامل وذلك كأسماء الأفعال نحو دراك زيدا فدراك مبنى لشبهه بالحرف في كونه يعمل ولا يعمل فيه غيره كما أن الحرف كذلك
Yang ketiga keserupaan isim terhadap harf karena bisa menggantikan kedudukan fiil dan tidak dipengaruhi oleh amil, hal yang demikian seperti pada isim fiil contoh Darooki zaidan (susullah zaid) , maka lafad darooki itu mabni karena menyerupai hurf dalam hal bisa beramal (mempengaruhi) tapi tidak bisa dipengaruhi oleh yang lainnya, harf pun keadaannya demikian
واحترز بقوله بلا تأثر عما ناب عن الفعل وهو متأثر بالعامل نحو ضربا زيدا فإنه نائب مناب اضرب وليس بمبني لتأثره بالعامل فإنه منصوب بالفعل المحذوف بخلاف دراك فإنه وإن كان نائبا عن أدرك فليس متأثرا بالعامل
Pengarang mengecualikan dengan lafad bilaa taatstsurin (tidak menerima pengaruh amil) dari isim yang menggantikan kedudukan fiil tapi terpengaruh oleh amil contoh Dlorban zaidan karena lafad dlorban itu menggantikan kedudukan Idlrib tapi bukan termasuk isim mabni karena bisa menerima pengaruh amil. Karena lafad dlorban dinasabkan oleh fiil yang dibuang, lain halnya dengan lafad Dlarooki walaupun dia sebagai pengganti lafad Adrik tapi tidak terpengauh oleh amil.
وحاصل ما ذكره المصنف أن المصدر الموضوع موضع الفعل وأسماء الأفعال اشتركا في النيابة مناب الفعل لكن المصدر متأثر بالعامل فأعرب لعدم مشابهته الحرف وأسماء الأفعال غير متأثرة بالعامل فبنيت لمشابهتها الحرف في أنها نائبة عن الفعل وغير متأثرة به
وهذا الذي ذكره المصنف مبني على أن أسماء الأفعال لا محل لها من الإعراب والمسألة خلافية وسنذكر ذلك في باب أسماء الأفعال
Kesimpulan dari yang dituturkan oleh pengarang adalah bahwa masdar yang berkedudukan sebagai pengganti fiil dan isim fiil sama-sama bisa menggantikan tempat fiil namun masdar itu terpengaruh oleh amil hingga dihukumi mu’rab karena tidak memiliki kesamaan dengan harf, sedang isim fiil tidak terpengaruh oleh amil maka dihukumi mabni karena menyerupai harf dalam hal bisa menggantikan kedudukan fiil dan tidak terpengaruhi oleh amil. Yang dituturkan oleh pengarang ini menetapkan bahwa isim fiil itu tidak punya mahal dalam I’robnya. Adapun masalah ini termasuk masalah yang ada perbedaan pendapat, insya Alloh akan ditutur dalam bab Asmaaul af’aal
والرابع شبه الحرف في الافتقار اللازم وإليه أشار بقوله وكافتقار أصلا وذلك كالأسماء الموصولة نحو الذي فإنها مفتقرة في سائر أحوالها إلى الصلة فأشبهت الحرف في ملازمة الافتقار فبنيت
Yang keempat keserupaan isim terhadap harf dalam hal selalu membutuhkan yang lain, akan hal ini pengarang mengisyaratkan dengan ucapannya Wakaftiqoorin ushshilaa (karena dari asalnya memang butuh pada yang lain), hal itu seperti isim-isim maushul, contoh Alladzii maka dia dalam setiap keadaannya membutuhkan terhadap shilah maushul, maka dia menyerupai harf dalam hal selalu butuh pada yang lain makanya dia mabnikan
وحاصل البيتين أن البناء يكون في ستة أبواب المضمرات وأسماء الشرط وأسماء الاستفهام وأسماء الإشارة وأسماء الأفعال والأسماء الموصولة
Kesimpulan dua bait diatas adalah bahwa isim mabni itu ada pada enam bab : isim dlomir, isim syarat, isim istifham, isim isyarat, isim fiil, dan isim maushul
Posting Komentar