PERINGATAN MAULID SEBAGAI BENTUK SYUKUR

Minggu, 13 Januari 20130 comments

Allah swt di dalam firman-Nya memerintahkan kita untuk bergembira dengan karunia dan rahmat-Nya

 قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا

 "Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira ".(QS:Yunus:58)

 Al hafidz As-Suyutiy, di dalam Ad-Dur  al-Mansur, mengeluarkan riwayat dari Ibnu Abbas ra. mengenai penafasiran ayat ini, beliau mengatakan

 وأخرج أبو الشيخ عن ابن عباس رضي الله عنهما في الآية قال : فضل الله العلم ، ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم ، قال الله تعالى { وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين } [ الأنبياء : 107

 bahwa yang dimaksud dari kurnia Allah  disini adalah Ilmu dan yang dimaksud dari rahmat Allah adalah Nabi Muhammad saw. Dan Allah berfirman "Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". (QS: Al-Anbiya: 107)..

 Penafsiran yang sama dengan penafasiran tersebut  juga dapat kita jumpai di kitab Tafsir Abi Suud dan Tafsir Kabir ,Ruhul Maani

 وأخرج أبو الشيخ عن ابن عباس رضي الله تعالى عنهما أن الفضل العلم والرحمة محمد صلى الله عليه وسلم

 Dari penafsiran tersebut, hal ini bukan berarti kita menafikan penafsiran yang lain, seperti menafsiri makna rahmat disini dengan al Quran, Iman, Islam, atau yang lainnya, karena memang rahmat Allah sangat luas dan rahmat terbesar bagi kita adalah Nabi Muhammad saw. karena beliu adalah rahmat seluruh alam., dan yang pasti kita diperintahkan untuk bergembira dengan rahmat-rahmat Allah tersebut Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah Dia berikan kepada kita adalah suatu kewajiban bagi kita. Ekpresi syukur dapat dilakukan dengan beragam cara, selama dalam nilai-nilai ketaatan kepada Allah. Mengingat hari-hari tertentu  dimana kita mendapat nikmat dengan selalu mensyukurinya adalah hal yang diajarkan Nabi saw

 وبقول النبي صلى الله عليه وسلم لما سئل عن صيام يوم الاثنين ، قال : " ذلك يوم ولدت فيه وأنزل علي فيه مسلم ( 1162 / 198 

Nabi saw. ketika ditanya tentang puasa hari senin beliu menjawab" hari tersebut adalah hari saya dilahirkan dan hari saya diutus "(HR. Muslim

 Al Hafidz Ibnu Rojab al Hambaliy ketika mengomentari hadis ini mengatakan: "Didalam hadis ini ada sebuah isyaroh, yaitu disunahkanya berpuasa pada hari-hari Allah memberi nikmat kepada hambnya. Dan nikmat terbesar bagi umat ini adalah adanya Nabi Muhammad dan diutusnya beliu sebagai rasul bagi mereka, sebagaimana firman Allah: "Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri" maka puasa pada hari dimana Allah memperbaharui nikmat hambanya yang beriman adalah sangat terpuji, dan hal tersebut kategori membayar nikmat dengan rasa syukur

 عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

 Dari riwayat Ibnu Abas ra. bahwa ketika Rasulullah datang ke Madinah dan menemukan kaum Yahudi sedang berpuasa hari Asyura, maka Nabi bertanya kepada mereka:" Hari apa ini yang Engkau puasai?" mereka menjawab: "Ini adalah hari besar, hari Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya dan meneggelamkan Firaun dan kaumnya kemudian Musa mempusai hari tersebut karena rasa syukur, maka kamipun ikut berpuasa". Maka Nabi saw. berkata "Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa as. dari pada kalian, kemudian Nabi berpuasa dan memerintahkan untuk berpusa pada hari tersebut (HR.Bukhori dan Muslim

 Mengomentari hadis ini, Al Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaniy mengatakan:

 فَيُسْتَفَادُ مِنْهُ فِعْلُ الشُّكْرِ لِلَّهِ عَلَى مَا مَنَّ بِهِ فِي يَوْمٍ مُعَيَّنٍ مِنْ إِسْدَاءِ نِعْمَةٍ أَوْ دَفْعِ نِقْمَةٍ، وَيُعَادُ ذَلِكَ فِي نَظِيرِ ذَلِكَ الْيَوْمِ مِنْ كُلِّ سَنَةٍ، وَالشُّكْرُ لِلَّهِ يَحْصُلُ بِأَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ كَالسُّجُودِ وَالصِّيَامِ وَالصَّدَقَةِ وَالتِّلَاوَةِ، وَأَيُّ نِعْمَةٍ أَعْظَمُ مِنَ النِّعْمَةِ بِبُرُوزِ هَذَا النَّبِيِّ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ؟ 

"Dan dapat diambil faidah dari hadis tersebut adalah sikap syukur kepada Allah atas anugrah yang telah Dia berikan pada hari-hari tertentu, yaitu berupa pemberian nikmat atau dihindarkan dari bahaya, dan sikap dan rasa syukur tersebut terus diulang setiap tahunnya pada hari yang sama, dan sikap syukur kepada Allah dapat dilakukan dengan macam-macam ibadah seperti sujud, puasa, shodaqoh, membaca al-Quran.  Dan nikmat mana yang lebih besar dari nikmat adanya Nabi Muhammad, sang nabi pembawa rahmat?".  Kemudian Ibnu Hajar menjadikan hadis ini sebagai dalil dianjurkannya perayaan maulid Nabi.(Al Hawiy Lilfatawa.2/196

 Kisah Peringanan Azhab Abu Jahal Pada Hari Senin
 Para ulama ilmu hadis, seperti Imam Bukhoriy, al Hafidz Ibnu Hajar, al Hafidz Ibnu Katsir, al-Hafidz al-Baihaqiy, al-Hafidz al-Baghowiy, Imam Son'aniy dan yang lainnya di dalam kitab-kitab hadis dan siroh yang mereka tulis menyebutakan: bahwa Sahabat Abas bin Abdil Mutholib bermimpi bertemu Abu Lahab yang telah wafat, dan Sahabat Abas bertanya tentang keadaannya, Abu Lahab menjawab: bahwa dirinya terus disiksa di kubur, tapi untuk hari senin siksanya diringankan disebabkan dia sewaktu hidup pernah memerdekakan budak karena dia merasa bergembira waktu Nabi saw. lahir.

 Al-Hafidz Syamsyudiin as-Dimsiqiy setelah mendengar cerita ini dia menulis sebuah syair

 إِذَا كَانَ هَذَا كَافِرًا جَاءَ ذَمُّهُ ... وَتَبَّتْ يَدَاهُ فِي الْجَحِيمِ مُخَلَّدَا
 أَتَى أَنَّهُ فِي يَوْمِ الِاثْنَيْنِ دَائِمًا ... يُخَفَّفُ عَنْهُ لِلسُّرُورِ بِأَحْمَدَا
 فَمَا الظَّنُّ بِالْعَبْدِ الَّذِي طُولَ عُمْرِهِ ... بِأَحْمَدَ مَسْرُورًا وَمَاتَ مُوَحِّدَا

 Jika Abu Lahab yang kafir  ini telah jelas celanya  dan merugi di neraka untuk selamanya
 Datang baginya setiap hari  senin tuk selamanya  ringan adzab dikarenakan dia  senang dengan kelahiran Ahmad
Lalu apa diduga,  dengan hamba yang hidupnya bahagia sebab Ahmad dan mati keadaan bertauhid
 (Maurid as-Shoodiy fi Mauludi al Hadiy)

 Dapat difahami dari cerita dan syair tersebut, bahwa ekpresi kebahagiaan atas lahirnya Nabi Muhammad-pun mampu menurunkan rahmat Allah  kepada paman Nabi Muhammad, Abu Jahal yang kafir, lalu bagaimana dengan kita yang  muslim yang selalu senang dan bahagia dengan kelahiran Nabi Muhammad!. Dan jika kita mau merenungi kenapa Nabi Muhammad tidak membuat perayaan maulid, sebenarnya hal itu juga adalah rahmat bagi kita, karena dengan ini kita dapat mengekpresikan kebahagiaan Maulid Nabi dengan jenis ibadah yang sesuai kemampuan kita dan dengan hati suka rela. Karena jika telah jelas perintah dari agama agar kita bersyukur dan begembira dengan rahmat Allah, tapi agama tidak merinci bagaimana caranya atau ekspreksi secara khusus, maka dengan ini kita dapat melaksanakannya dengan cara kita sendiri, selama tetap sesui dengan nilai-nilai ketaatan, dan hal semacam inilah pulalah yang telah kita ketahui dari cerita-cerita para sahabat Nabi dan kaum Yahudi yang mengekpresikan sikap sukurnya dengan ibadah yang bebeda-beda tanpa bertanya dulu kepada Nabi, tapi semuanaya disetujui oleh Nabi. Dan telah menjadi sifat rahmat Nabi kepada umatnya bahwa beliu sering meniggalkan amal karena khawatir akan dikira amal itu wajib, dan nanti akan memberatkan umatnya, karena banyaknya kewajiban, yang sebenarya amal tersebut boleh dilakukan. Seperti dijelaskan para ulama di dalam ilmu Ushul Fiqih, Nabi tidak melakukan suatu amal secara rutin(muwadhobah) untuk memberi tahu bahwa amal itu tidak wajib, tapi sunah, dan Nabi meninggalkan amal yang boleh dilakukan(mubah) agar tidak dikira amal itu sunah atau wajib.      
Share this article :

Posting Komentar

 
TEMPLATE ASWAJA| SALING BERBAGI - All Rights Reserved
Supported : MADINATULIMAN.COM | Creating Website | Johny dan Mas Themes